Sabtu, 23 Februari 2013

Antibiotik Tidak Selamanya Baik

Antibiotik Tidak Selamanya Baik Untuk 

Tubuh




Banyak orang masih menganggap antibiotik adalah obat sakti melawan penyakit. Mereka tidak ragu selalu menambahkannya saat mereka minum obat. Biasanya, sakit flu dan batuk menjadikan pasien segera melirik obat ini.

Banyak pasien yang tidak langsung membuang antibiotik yang diresepkan kepada mereka waktu sembuh dari sakit. Obat itu disimpan dalam kotak obat dan dipakai lagi kalau sewaktu-waktu mengalami gejala sakit yang sama, ini menjadi kekhawatiran. Pasalnya, semakin orang menggunakan antibiotik, maka kuman yang ada di tubuh akan berevolusi menjadi makhluk parasit yang kuat.

Kekhawatiran berlanjut dengan perkembangan kekuatan obat antibiotik baru yang berjalan cukup lambat. Artinya, teknologi pengobatan dengan antibiotik jenis baru yang lebih kuat efeknya, tidak secepat kuman menjadi kebal dalam tubuh.

Ada antibiotik yang tak terlalu spesifik, lalu menyerang apapun yang ada ditubuh. Dengan membuat hilang mikroba baik yang seharusnya ada dalam tubuh kita, maka kita menyebabkan tubuh kita sendiri menghadapi masalah kesehatan yang tidak kita ketahui.

Kadangkala, dengan alasan faktor keamanan, dokter meresepkan antibiotik pada kasus penyakit yang belum bisa ditegakkan diagnosanya. Ini terjadi, misalnya, pada kasus infeksi di telinga. Betsy menyarankan, jika ada penyakit yang belum terlalu tau penyebabnya, lebih baik menunggu satu atau dua hari dalam pantauan dokter daripada langsung diberikan antibiotik.

Sementara itu, di kawasan Uni Eropa, resistensi kuman ini menjadi isu kesehatan yang cukup fenomenal. Ancaman terhadap warga di sana menjadi sangat serius. Menurut informasi, kasus kebalnya kuman ini telah menimbulkan biaya kesehatan dengan total mencapai 1.5 milyar euro atau sekitar USD 2,1 miliar. Yang diuntungkan adalah industri kesehatan, dan yang “buntung” adalah masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar